Tuesday, August 4, 2020

Tani Masa Kini

Jika mendengar kata “pertanian”, orang akan langsung membayangkan tentang sawah, cangkul, petani, kucel dan kotor. Yah..itulah yang diidentikan masyarakat dengan pertanian. Namun istilah seperti itu perlahan-lahan akan memudar seiring dengan berjalannya waktu. Terutama setelah beberapa orang yang berhasil dalam bidang pertanian. Sebut saja Sandi Okta. Petani milenial yang mempunyai omset sekitar 500 juta per bulan. Ada lagi Shofyan Adi Cahyono, salah satu Duta Petani Milenial asal Semarang yang meraup omzet 60 juta rupiah dengan produk organiknya. Atau petani muda asal Kudus Jawa Tengah, Stevanus Rangga yang  berhasil menanam buah belon tanpa pestisida dengan teknologi hidroponik.


Keberhasilan Sandi Okta, Shofyan Adi Cahyono maupun Stevanus Rangga memang tidaklah instan. Sandi Okta misalnya. Ia sudah mulai merintis usaha sejak kuliah semester 5 di Fakultas Pertanian IPB. Jatuh bangun dia lewati. Dari berhasil hingga ditipu juga pernah ia jalani. Namun ia pantang menyerah. Dia menggeluti bisnis pertanian sejak 2015 silam bekerjasama kecil-kecilan dengan fast food. Sampai saat ini mengelola 25 klien hotel-hotel memasok hasil pertanian di wilayah Bogor. Segmennya modern market. Ada 141 item holtikutura yang dihasilkan di antaranya tomat, buncis, cabai dan kembang kol. Sandi kini membina 385 petani dan pengelolaan lahan seluas 120 hektare tersebar di berbagai wilayah dengan omset sekitar Rp 500 juta per bulan. Bahkan, Sandi juga tengah bersiap diri untuk memenuhi permitaan komoditi sayuran di antaranya jengkol dan daun singkong diekspor ke Dubai. Nama Sandi Okta kian terkenal sejak dinobatkan sebagai salah satu ‘Duta Petani Milenial’ oleh Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) di Kementerian Pertanian.



Lain lagi dengan Shofyan Adi Cahyono, salah satu Duta Petani Milenial asal Semarang. Ia memulai bisnis sejak usia belasan tahun. Ia juga mengalami jatuh bangun dalam bisnisnya. Sekarang Shofyan merupakan Ketua Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Citra Muda dan pendiri P.O Sayur Organik Merbabu (SOM) sekaligus Konsultan pertanian. Dia juga menjadi fasilitator dan Asesor pertanian Organik di Lembaga Sertifikasi Profesi Pertanian Organik (LSPPO) Jakarta. Shofyan memulai bisnis menjual sayur organik sejak 2014. Kini P.O Sayur Organik Merbabu (SOM) yang digagasnya sudah memasarkan 50 jenis sayuran organik kesejumlah daerah di pulau Jawa hingga Kalimantan bahkan sampai ke negara Singapura dengan omzet mencapai Rp60 juta sebulan.


Selanjutnya Stevanus Rangga, petani muda asal Kabupaten Kudus yang mendirikan Laguna Green House. Rangga berhasil menanam buah melon tanpa pestisida  dengan sistem hidroponik. Lokasi kebunnya di Jalan Lingkar Barat Desa Pasuruhan Lor, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Konsep pertanian melon yang dia pakai adalah sistem hidroponik sehingga 100 persen hasilnya tergantung dengan komposisi pupuk yang diberikan. Pemberian pupuk  sesuai kebutuhan tanaman. Terbukti hasil buah melon yang dihasilkan adalah buah yang premium serta sehat untuk dikonsumsi lantaran minim kandungan pestisidanya. Melon yang ditanam memiliki berbagai varian jenis yaitu melon Jepang, melon Eropa, melon China, dan melon Jawa dengan masa panen bervariasi. Rangga menggunakan media instagram @lagunagreenhouse untuk memasarkan produknya maupun untuk berkunjung ke kebun. Saat ini pasar nya adalah kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya maupun Semarang bahkan sampai Singapura.


Ketiga contoh petani milenial diatas tidak terlepas dari peran Kementrian Pertanian. Kementrian menggagas Duta Petani Milenial untuk mengajak kaum milenial Indonesia tidak gengsi untuk terjun ke dunia pertanian. Hal ini dikarenakan peluang usaha untuk ekspor produk pertanian sangat menjanjikan. Kementan menargetkan mencetak 1 juta petani milenial setiap tahun. Jumlah petani milenial sekarang kurang dari 1.000, sehingga memerlukan usaha yang sangat besar untuk merealisasikannya.

Salah satu kebijakan untuk mendukung petani milenial adalah mengubah Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) menjadi Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan). Perubahan berhubungan dengan kurikulum yaitu awalnya kurikulum berisi  60 persen teori sekarang kurikulum didominasi 70 persen praktik. Polbangtan juga mendorong mahasiswanya menjadi petani milenial dengan memberikan  bantuan modal sekitar 15-30 juta rupiah bagi mahasiswa yang tertarik menjadi agropreneur. 

Kebijakan program yang lain yaitu pemberian bantuan berupa benih atau bantuan ternak serta alsintan kepada kelompok tani milenial. Sebelum mendapatkan bantuan, kelompok tani milenial terlebih dahulu diberikan pembekalan sesuai dengan bidang pertanian yang ditekuninya. Kebijakan lainnya adalah merangkul santri untuk membangun pertanian melalui kegiatan bertajuk Santri Tani Milenial. Program santri tani milenial oleh Kementan sangat baik untuk menambah semangat regenerasi petani sekaligus membangun kemandirian pertanian berbasis pesantren.


Program duta tani milenial dan santri tani milenial yang digagas oleh Kementrian Pertanian ini diharapkan mampu membuat generasi muda tidak malu lagi jika terjun di dunia pertanian, karena petani sekarang tidak identik lagi dengan kucel dan kotor lagi. Bahkan adanya Duta Petani Milenial tersebut memberikan contoh nyata kepada masyarakat untuk tidak memandang sebelah mata sektor pertanian karena memberikan manfaat baik dari segi sosial, ekonomi serta kesehatan.

Lantas apa yang terjadi dengan sektor pertanian saat wabah Covid 19 ini melanda dunia? Justru sektor pertanianlah yang menjadi salah satu sektor yang akan bertahan dalam pandemi ini karena pangan merupakan kebutuhan pokok hidup manusia. Hanya saja perlu beberapa adaptasi bagi pelaku usaha bidang pertanian. Beberapa proses adaptasi tersebut antara lain merubah sistem pemasaran menjadi sistem online. Salah satu aplikasi online bidang pertanian yaitu RegoPantes via Website, Android, iOS dengan wilayah antar yaitu Jabodetabek. RegoPantes adalah platform e-commerce di mana konsumen bisa belanja sayur, buah, beras, bumbu dapur, hingga produk jadi seperti jus. Uniknya, RegoPantes juga mempromosikan profil petani lokalnya, sehingga ahu dari petani mana kamu membeli sayur dan buah di RegoPantes. Selain itu ada juga aplikasi lain seperti Sayurbox, Brambang, Kecipir, Tanihub, Tukangsayur.co, Carisayur, Nyayur dan lain-lain. Aplikasi tersebut dapat dengan mudah didownload via HP sehingga memudahkan onsumen untuk membeli. Begitu juga petani, memudahkan untuk menjualkan hasil produknya secara online tanpa harus bertatap muka dengan pembeli.

                                           
 


Proses adaptasi berikutnya adalah selalu mengupgrade diri dengan mengikuti pelatihan maupun belajar dari pengalaman orang lain. Beruntung selama pandemi ini banyak sekali webinar online yang dapat diikuti secara gratis dengan menggunakan HP atau laptop. Beberapa webinar yang dimaksud adalah webinar pembuatan pupuk hayati, pembuatan pupuk organik, hidroponik, kultur jaringan, kiat sukses berbisnis jamur dan lain-lain. Webinar ini umumnya diselengarakan oleh Kementrian Pertanian, Perguruan Tinggi, maupun instansi lain bertujuan untuk memberikan pembelajaran bagi petani maupun masyarakat untuk dapat meningkatkan skill pertanian maupun berbisnis pertanian selama pandemi ini. Dengan demikian pelaku usaha pertanian dapat bertahan serta dapat meningkat kesejahteraannya selama pandemi ini.

Sumber:

https://agrohort.ipb.ac.id/index.php/3510-sandi-octa-susila-pemuda-26-tahun-penghasilan-pertaniannya-rp-500-juta-per-bulan

https://www.pertanian.go.id/home/?show=news&act=view&id=3746

https://www.tribunnews.com/regional/2020/07/02/petani-melon-di-kudus-bikin-ganjar-terpukau

https://www.liputan6.com/bisnis/read/4229521/petani-milenial-beromzet-rp60-juta-mentan-sektor-pertanian-beradaptasi-dengan-teknologi-40