Perkenalanku dengan BNI dimulai saat awal perkuliahan. Lahir
sampai SMA di kota kecil di Jawa Tengah, membuatku harus untuk pergi ke luar
kota untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi di bangku kuliah.
Alhamdulillah akhirnya diterima di Institut Pertanian Bogor lewat jalur SPMB,
yang sekarang bernama SNMPTN. Seperti anak desa pada umumnya, ini adalah kali
pertama keluar dari kampung halaman, meninggalkan zona nyaman menuju tempat
yang baru dalam waktu yang cukup lama.
Meninggalkan kampung halaman untuk pertama kali membuat hati
ini gundah gulana serta cemas. Alhamdulillah ternyata untuk satu tahun
perkuliahan, kami diwajibkan menempati asrama mahasiswa. Asrama mahasiswa ini
ditempati oleh mahasiswa tahun pertama yang berasal dari seluruh Indonesia,
sehinga memungkinkan kita bisa mengenal teman dari berbagai suku dan budayanya.
Itu juga yang memudahkan kami untuk memiliki banyak teman. Menempati asrama mahasiswa
juga memungkinkan kita bisa “mengirit” ongkos, karena kami hanya dibebani biaya
900 ribu per tahun.
Masa-masa perkuliahan memang masa yang menyenangkan. Terutama
jika memiliki teman bernama BNI 46. Apalagi jika di awal bulan, semuanya pasti
sangat menikmatinya. Tapi jangan ditanya jika terjadi di akhir bulan hehe.
Mendapat biaya hidup yang selalu ditransfer tiap awal bulan dengan nominal
tertentu lewat ATM BNI, membuat kita diwajibkan untuk mengelolanya dengan baik.
Kalau tidak bisa mengelolanya dengan baik, pasti mimpi buruk akan terjadi. Seperti
kata bang Rhoma, gali lubang tutup lobang, pinjam uang bayar hutang hehe.
Keuntungan menjadi nasabah BNI salah satunya adalah memiliki
mesin ATM dengan nominal 20 ribu. Pernah suatu ketika, di akhir bulan, saldo
ATM tinggal 55 ribu, jika bank lain pasti kita tidak bisa menarik uang dalam
ATM, bersyukur ada mesin ATM 20 ribu, karena saya saat itu bisa makan lagi,
karena memakai ATM BNI, saya bisa menarik tunai sebesar 40 ribu. Aku sampai
menangis bahagia karenanya. Sungguh tragis memang menjadi mahasiswa, tapi
itulah hidup, susah senang harus dijalani.
Sampai lulus kuliah BNI selalu menemaniku. Setelah lulus,
saya masih menjadi asisten salah seorang dosen di kampusku. Sistem penggajian
dilakukan dengan uang tunai, Namun tidak menyurutkan saya untuk selalu memakai
jasa BNI. Karena biasanya selain untuk biaya hidup, sebagian saya tabung dan sebagian
lagi untuk mengirim Ibu lewat ATM BNI. Alhamdulillah.
Beberapa waktu kemudian, ada tawaran beasiswa S2 dari Dikti.
Dan alhamdulilllah saya lolos, namun kami diwajibkan untuk membuat rekening
bank lain. Mungkin bank ini tidak di design khusus untuk mahasiwa, karena mesin
ATM nya hanya dua jenis nominal 50 ribu dan 100 ribu, ditambah lagi saldo
minimal dalam ATM sebesar 50 ribu. Mungkin alasan inilah yang membuatku nekat
berfikir, “Jika uang beasiswa cair, bakalan kupindah ke rekening BNI”.
Dan memang benar-benar kulakukan hal itu. Kutansfer isi ATM
bank lain lalu kupindah ke ATM BNI, dan hanya menyisakan saldo minimal yaitu 50
ribu rupiah. Mungkin saking cintanya sama BNI hehe Dan ternyata aksi nekatku
ini berbuah kekonyolan. Karena beasiswa dari dikti itu meliputi uang SPP dan
biaya hidup yang dikirim perbulan. Jadi jika waktunya pembayaran SPP, maka dari
rekening bank itu langsung bisa autodebet secara otomatis ke rekening
universitas. Dan jika pembayaran melalui ATM bank lain, tidak bisa. Selasai. Alhasil
saya harus memindah ke rekening bank lain sebesar uang SPP. Aduh, betapa
konyolnya saya waktu itu.
Sejak saat itu, jika uang beasiswa dari dikti cair, maka
selanjutnya saya selalu menyisakan di rekening bank lain saldo sebesar uang SPP
dan sisanya, saya transfer ke rekening BNI 46. Sampai akhirnya saya lulus
sebagai magister, BNI 46 selalu menemani saya di perantauan. Terima kasih BNI
telah menemani hidup saya selama menjadi mahasiswa, karyawan, mahasiswa lagi dan
sampai hari ini. Selamat ulang tahun BNI ke 69. Semoga BNI selalu memberikan
pelayanan terbaik bagi nasabahnya dan semoga BNI sukses selalu. Aamiin.
No comments:
Post a Comment